Sabar Melayani Allah Dalam Kesesakan

Peringatan rabu abu mengingatkan kembali bahwa hidup kita sangat singkat. Dalam jangka waktu yang singkat tersebut sudahkah kita menjadi pelayan Allah yang baik ataukah sebaliknya?
Dalam kunjungan ke sebuah kerajaan di Jawa Tengah, saya baru mengetahui tentang pelayan kerajaan yang mereka sebut dengan: abdi dalem. Bukan sembarangan orang bisa menjadi abdi dalem, karena sang sultan menetapkan kriteria khusus bagi para abdi dalem tersebut. Kekaguman saya juga bertambah ketika mengetahui ternyata pengabdian mereka tidak diimbangi dengan upah yang sepadan. Namun kata mereka upah bukanlah hal yang utama, namun ketika mereka diijinkan melayani sultan, jauh lebih besar kepuasan mereka daripada upah yang didapat.
Beberapa hari yang lalu kita memperingati rabu abu atau ash wednesday, sebuah peringatan bahwasanya kita semua berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu pada waktunya. Dalam waktu yang singkat ini, sudahkah kita memberikan pelayanan yang terbaik bagi Allah? Ataukah kita malah bersungut-sungut ketika dalam kesesakan dan kesukaran?
“Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran” ( 2 Korintus 6:4 ).
Apakah dalam kesukaran dan penderitaan yang sedang atau pernah kita lewati kita telah bersabar dan tetap setia melayani Allah? Ataukah dalam keadaan itu, malah kita bersungut-sungut kepadanya. Seperti abdi dalem yang tidak memandang updah sebagai tujuan utama pelayanannya, hendaknya kita juga tidak melihat permasalahan yang sedang terjadi dan bersungut-sungut kepada Allah. Marilah kita tetap mencerminkan pelayan Allah dalam segala kondisi yang ada.
Teman Lentera, peringatan rabu abu mengingatkan kembali bahwa hidup kita sangat singkat. Dalam jangka waktu yang singkat tersebut sudahkah kita menjadi pelayan Allah yang baik. Ataukah dalam waktu yang singkat itu malah kita pergunakan untuk bersungut-sungut dalam kesukaran yang ada? Tuhan memberkati.
Leave a Reply