Penghormatan terhadap Sesama

Manusia yang merupakan makhluk sosial menuntut kita untuk berinteraksi dan bersosialisasi terhadap banyak pihak. Banyak dari kita tidak menyadari satu hal penting yang sering terlupakan, yaitu tetap menghormati sesama walaupun pernah disakiti. Per-cek-cok-an pasti selalu ada dalam setiap relasi, salah paham, bahkan sampai berdebat tidak bisa dihindari setiap manusia dengan manusia lain. Reaksi apa yang sering kali kita berikan? Tidak menyapa, tidak mau berjabat tangan, tidak mau tersenyum bahkan menyimpan kebencian mendalam, tidak jarang juga yang bahkan merencanakan upaya balas dendam. Manusia diciptakan memang untuk mengasah manusia lain, memang begitulah pola kehidupan manusia agar manusia bisa belajar dan bertumbuh menjadi lebih dewasa.
Saat perdebatan menghampiri hubungan kita satu sama lain, apakah itu tandanya harus memutuskan relasi? Tentu tidak. Jangan memutuskan relasi begitu saja karena marah atau kecewa. Sekalipun bersedih karena diperlakukan tidak adil, misalnya, jangan menyimpan dendam sehingga tidak ingin bicara lagi. Kita perlu bahkan sangat perlu menghormati satu sama lain, sekalipun disakiti, jangan mengurangi penghormatan kita terhadap orang tersebut.
Maksudnya bagaimana? Belajarlah dari Daud, apa kesalahan yang telah diperbuat oleh Daud sehingga Saul menjadi sangat marah padanya, bahkan hendak membunuhnya? Perasaan iri dari Saul yang menjadi masalah, persoalan bukan datang dari Daud, tapi Daud menerima segala macam kemarahan Saul tanpa berbalik membencinya ataupun berusaha membunuh Saul. Daud bisa saja membunuh Saul seperti ayat yang sudah kita baca di atas tapi Daud tidak memilih untuk membunuh melainkan mengasihi.
Pelajaran berharga ini sering kali kita lupakan, bahkan kita tidak peduli lagi apakah membalas itu hak kita atau bukan, kita membiarkan emosi mempengaruhi kita, bahkan kita buta karena rasa marah. Pembalasan adalah milik Tuhan, sebanyak apapun kita merasakan sakit, Tuhan-lah yang berhak membalas. Lalu kita? Diam saja? Bukan diam, melainkan tetap mengasihi mereka. Bicara tentu tidak sesulit bertindak namun semua berawal dari kemauan dan hanya diri kita sendiri yang mampu menciptakan kemauan tersebut.
Relakan hati kita disembuhkan oleh Tuhan dengan tidak memutuskan sendiri, apalagi dengan membenci sampai tidak lagi menyapa. Hal luar biasa lain dari Daud adalah, Daud bahkan masih memanggil Saul dengan panggilan Tuan, tanda penghormatan Daud tidak berkurang sedikitpun. Kita pasti bisa jika kita mau, mau untuk mengampuni, mau untuk merelakan disakiti dan mau untuk tetap mengasihi.
Tidak perlu membela diri, Tuhan yang akan membela kita. Bukankah hal tersebut lebih dari indah? Bahwa Tuhan membela kita. Seperti halnya Daud yang mendapat pembelaan Tuhan, jadilah Daud masa kini yang senantiasa menyenangkan hati Tuhan.
COMMENTS