Buah Tetap Setia Kepada Yesus, Dia Melimpahiku Dengan Berkat-Nya

Teman-teman yang seiman, saya sangat bersyukur kepada Tuhan Allah, karena Tuhan menjawab doa saya untuk dapat memasuki bangku kuliah pada tahun ini. Sebelumnya saya sempat merasa optimis dan tidak yakin dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, sebab saya tidak memiliki ayah. Ayah berpisah dengan ibu ketika saya masih berusia di bawah lima tahun. Ayah meninggalkan ibu seorang diri dengan status janda denagn empat orang anak .

Kami melalui hari-hari yang ada kemudian dengan tampa kasih sayang dari seorang ayah, jangankan tahu bagaimana rasanya kasih sayang dari seorang ayah, melihat wajahnya secara langsung saja saya belum pernah.  Oleh karena keadaan ekonomi yang kurang baik, mama memutuskan untuk menitipkan kami berempat kepada paman, karena kebetulan paman yang kami ikuti ini mempunyai kondisi ekonomi yang jauh lebih baik daripada kami.

Tiada berhenti kami mengucap syukur kepada Tuhan, sebab paman membesarkan kami dengan penuh kasih sayang layaknya ayah kandung kami sendiri dan dengan dengan sukarela menyekolahkan kami berempat. Namun setelah kami lulus dari SMA, kami tidak dapat melanjutkan pendidikan kami ke perguruan tinggi, sebab paman tidak mampu untuk membiayai kami lagi untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Saya lulus SMA pada tahun 2015 tetapi tidak dapat melanjutkan ke bangku perkuliahan. Setiap saat saya selalu bergumul dan berdoa kepada Tuhan, agar sekiranya saya dapat melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu dapat mengenyam bangku perkuliahan yang begitu saya inginkan. Dan puji Tuhan pada tahun ini setelah melewati proses dan pergumulan yang panjang , Tuhan mendengar dan mengabulkan doa serta permohonan saya, Tuhan mengizinkan dan mempercayai saya untuk berkuliah dan yang lebih luar biasa lagi, saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi sarjana saya di Jakarta di Kampus Kristen Indonesia.

Sungguh ini membuat saya begitu bersyukur, sebab saya memiliki Allah yang luar biasa.