Saya ingat persis bagaimana aktivis gereja mempersiapkan Natal dan ibadah minggu adven pada tahun-tahun yang lalu. Bagaimana rasa kemegahan Natal itu ada di sekeliling kita melalui hiasan-hiasan yang terpasang di pusat hiburan/perbelanjaan. Bagaimana lagu ‘Jingle Bells’ banyak diputar yang menandakan Natal sudah semakin dekat. Namun bagaimana dengan sekarang?
“Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa” (Wahyu 15:3b)
Natal kali ini kita diliputi banyak kekhawatiran, tentang pandemi Covid-19 yang makin hari makin memuncak, tentang sebuah penyakit yang hingga hari ini masih belum ada obatnya dan tentang kekhawatiran kapankah semuanya ini segera berlalu. Dalam kekhawatiran yang ada, bacaan kita hari ini berjudul: Nyanyian mereka yang menang. Tentang sebuah ungkapan syukur bahwa Allah masih memelihara setiap anak-Nya yang taat.
Teman Lentera, di masa yang tak mudah dan penuh dengan rasa khawatir ini marilah kita bersyukur senantiasa. Memang tak mudah bersyukur di tengah kesulitan, namun marilah kita lihat kebaikan Tuhan dalam rutinitas hidup yang telah memelihara kita sampai dengan hari ini. Mari dalam menyambut Natal ini kita mensyukuri berkat Tuhan sekecil apapun itu yang kita dapat setiap hari.
Dimulai dari facebook, kemudian merambah ke instagram dan terakhir yang sedang tren adalah tik tok. Rasanya kita tak pernah bisa lepas dari kegiatan bersosial media diatas. Bangun tidur bukan berdoa dan merapikan tempat tidur, namun yang pertama dilihat adalah update-an sosial media milik tetangga.
Sosial media memang menyenangkan, kita bisa berinteraksi dengan kawan lama nun jauh disana, kita juga bisa mendapatkan teman baru dengan cara yang mudah. Cukup dengan menyukai konten yang mereka bagikan, anda sudah bisa berteman secara virtual.
“Sebab kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” ( Roma 14:17 )
Namun sosial media juga bisa menjadi bumerang yang merusak hidup kita karena menyukai konten-konten yang kurang baik, konten yang hanya mencari jumlah follower dan like tanpa memperdulikan kualitas isinya. Kita juga menjadi mudah tergoda sebagai trendsetter di sosial media, apapun dilakukan agar lebih mudah dikenal orang.
Janganlah kita mudah untuk tergoda membagikan konten tak pantas dan melanggar norma adat serta agama demi mencari follower. Melupakan perintah dan kebenaran firman Tuhan demi mendapatkan endorse dari pihak lain. Bersosial medialah dengan bijak, jangan sampai apa yang kita bagikan hari ini akan kita sesali di masa datang.
Seorang yang berhasil dalam suatu bidang tentu tak akan mendapatkannya dengan mudah. Seorang atlet akan berlatih secara keras setiap hari untuk menyiapkan kondisi fisiknya, serta mengasah ketrampilan agar semakin tajam menghadapi lawannya di hari perlombaan.
Proses tak mengkhianati hasil, bagi mereka yang mengambil jalan pintas dengan menggunakan obat-obatan tertentu, akan diberikan sanksi berupa didiskualifikasi dan dilarang mengikuti perlombaan yang sama untuk beberapa tahun kedepan.
“Karena iman maka runtuhlah tembok-tembok Yerikho, setelah kota itu dikelilingi tujuh hari lamanya” ( Ibrani 11:30 )
Kita sering mendengar kesaksian orang mengenai kuasa dari iman yang dimilikinya, kita terkagum-kagum begitu dahsyat iman itu membawa seseorang melewati hal-hal yang mustahil dilakukan. Namun pernahkah kita melihat perjuangan seseorang terhadap iman yang dimilikinya?
Teman Lentera, iman bukanlah hal instan yang mudah didapat begitu saja. Di balik kedahsyatan kuasa sebuah iman, ada proses yang panjang dalam relasi dengan iman kita kepada Yesus. Diperlukan sebuah relasi intim, relasi yang dekat antara anda dengan Tuhan. Diperlukan sebuah keterbukaan akan dosa kita dan kejujuran bahwa kita bukanlah siapa-siapa tanpa Tuhan.
Beberapa waktu yang lalu viral di media sosial tentang larangan untuk memasuki sebuah tempat makan bagi mereka yang datang dengan menggunakan sandal atau piyama tidur. Tak lama kemudian netizen segera menyerbu akun media sosial itu dengan pelbagai komentar. Rata-rata mereka kecewa karena pemilik usaha itu hanya melihat seseorang dari tampilan luarnya saja.
“Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” ( 2 Korintus 5:16 )
Ketika hanya menilai seseorang dari apa yang terlihat oleh mata, disitulah awal kesalahan sedang terjadi. Sebab apa yang nampak oleh mata bisa menipu yang melihatnya, mengaburkan pandangan yang utuh akan kualitas diri seseorang. Bagi mereka yang senang menilai orang lain dari apa yang nampak, menandakan bahwa dia kurang memiliki kepercayaan akan kualitas dirinya sendiri, sehingga hanya sibuk membuat penilaian terhadap dirinya dan kepada orang lain dari apa yang terlihat.
Teman Lentera, marilah kita berhenti untuk menilai seseorang dari apa yang terlihat saja. Mengapa? Sebab ketika Kristus mati dan memberikan kasih-Nya kepada kita, Dia tak melihat dan menilai kita dari apa yang terlihat. Kristus memandang jauh ke dalam hati kita dan melihat ketekunan serta kualitas diri yang kita punyai. Tuhan memberkati
Merupakan sifat dasar dari manusia ketika dalam keadaan terdesak, biasanya akan mencari segala cara agar dapat lepas dari jebakan tersebut. Bagi mereka yang masih berpikiran jernih, maka akan berupaya dengan cara yang baik. Namun bagi mereka yang sudah tidak dapat berpikir rasional, maka pada umumnya akan menggunakan segala cara, entah cara yang benar atau tidak di hadapan Tuhan.
“Maka berkatalah isterinya kepadanya:’ Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” ( Ayub 2:9 )
Firman Tuhan hari ini adalah tentang Ayub, bagaimana kesalehan yang begitu luar biasa dimiliki anak Tuhan ini. Bahkan ketika iblis datang mencobai Ayub, tak ada satupun kesalahan yang diucapkan olehnya. Tentu mendapati keadaan paling malang dalam hidup keluarganya, istri Ayub tak tahan lagi dan tak terima akan hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.
Namun dalam keadaan yang paling lemah sekalipun, tak membuat Ayub iman Ayub menyerah. Godaan yang begitu kuat dari iblis untuk mengingkari Tuhan Yesus bahkan tak diindahkannya. Bahkan Alkitab mencatat, oleh karena iman yang dimiliki Ayub pula, Tuhan memulihkan keadaan Ayub, bahkan hingga dua kali dari apa yang dimiliki oleh Ayub dahulu. Terpujilah Tuhan
Renungan Terlaris
- Pacaran Berbeda Agama Boleh Atau Tidak? (74,871)
- Tuhan Tidak Akan Mencobai Kita Melebihi Kemampuan Kita (64,450)
- Inilah 7 Tanda Bahwa Si ‘Dia’ Adalah Yang Tuhan Siapkan Bagimu (55,149)
- Tetap Mengasihi Walau Dilukai (54,200)
- Pasangan Yang Baik Akan Semakin Membuat Kita Dekat Dengan Tuhan (48,358)
- Kebaikan Tuhan Hadir Di Setiap Kesulitan Yang Sedang Kita Alami (47,454)
- Ada Rencana Allah Yang Baik Dalam Tiap Hal Di Hidupmu (42,177)
- 5 Hal Yang Harus Dilakukan Oleh Pasangan Kristiani (36,768)
- Barangsiapa Merendahkan Diri, Ia Akan Ditinggikan (36,344)
- Tuhan Mendengar Doa dan Permohonan Kita (34,740)
Renungan Populer
-
Tuhan Tidak Memandang Rupa, Namun Dia Melihat Hati Kita Disaat dunia begitu memperhatikan rupa atau pena...
-
Jangan Takut Sebab Tuhan Tidak Pernah Meninggalkan Kita Ulangan 31:6 “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, jan...
-
Takut Akan Tuhan Merupakan Permulaan Pengetahuan Sepandai apapun kita namun jika kita tidak takut a...
-
Rencana Tuhan Tidak Pernah Gagal Bagi Hidup Kita Bacaan ( Ayub 42:1-17 ) "Aku tahu, bahwa Engkau s...
-
Penyertaan Tuhan Nyata Sepanjang Hari Terkadang memang berat untuk dapat hidup sesuai...
-
Aku Mau Hidup dalam Kebenaran dan Kasih Bacaan (Amsal 21 : 17-21) "Siapa mengejar kebenar...
-
Tuhan Tak Lalai Menepati Janji-Nya Tuhan tidak lalai kepada janji-Nya, yang Tuhan mau...
-
Dipilih Untuk Diselamatkan Sebagai umat yang telah dipilih dan diselamatkan...